Selasa, 03 September 2013

Kenangan Akan Keramahan di Sambas

Ketika menginjakan kaki di Pulau Kalimantan bagian barat, hanya kata 'panas' yang terlontar
Semilir angin saja, tidak dapat dirasakan. Hanya panas, panas, dan panas
Badan pun suhunya tidak enak, karena memang sedang tidak enak badan
Jantung dag-dig-dug pleng pun masih terasa karena sempat turbulensi ketika di dalam pesawat
Menunggu di tempat travel menuju Pontianak-Sambas buang-buang waktu, lama

Ketika mobil mulai berjalan, rasa kantuk akibat obat sudah tidak dapat ditoleransi lagi
Akhirnya terlelap hingga sampai ke tujuan
Cukup lama terlelap dalam perjalanan
Kota Singkawang pun sampai tidak teramati

Sampailah di tujuan
Sambas, kabupaten perbatasan Indonesia-Malaysia

Pertama kali menginjakan, hanya pening di kepala
Rasanya ingin pulang kembali ke Jakarta

Di sela pening, kaki mulai melangkah mencari dokter
Tidak ada yang buka satu pun
Lemas sudah badan...

Mendadak seorang wanita yang baik hati menghantarkan ke seorang 'mantri' yang terkenal di Sambas
Tidak sampai sejam, sang mantri memberikan obat-obatan yang lumayan banyak
Hmmm...efek tidak nafsu makan membuat badan meradang ternyata

Tidak langsung di bawa ke temnpat penginapan, melainkan dihantarkan keliling Sambas
Walaupun hanya sekejap, tetapi sangat berkesan
Melihat Masjid Jami Kesultanan Sambas dan Istana Kesultanan Sambas
Bangunan kuno, tetapi rasa kagum tidak terbendung
Terasa kental adat Melayu-nya

Ternyata ada cerita mistis yang membuat orang-orang harus bersikap sopan di area masjid dan istana
Harus mengucapakan salam ketika memasuki gerbangnya
Konon di depan gerbang, terdapat 'penjaga' yang melindungi area masjid dan istana dari gangguan-gangguan negatif
Beginilah Indonesia, kita memang sudah diajarkan untuk bersikap sopan santun antar yang lainnya ^_^

Azan maghrib tiba, akhirnya sang ibu baik hati menghantarkan pulang ke penginapan
Selama perjalanan pulang, kami melewati Komplek Pemakaman Kesultanan Sambas
Ada rasa merinding ketika melewatinya

Selain berkeliling Sambas, sang ibu baik hati ini bercerita tentang makanan-makanan khas Sambas
Salahsatunya adalah Bubur Sambas
Sepintas sangat mirip dengan bubur ayam, tetapi yang berbeda adalah sambalnya
Katanya sambalnya super duper pedas
Sayang tidak bisa mencoba karena sakit T_T

Sampailah di penginapan
Sang ibu baik hati segera pulang ke rumahnya
Sungguh hari yang indah

Pagi harinya, sakit di badan mulai hilang
Hebat ternyata sang mantri ini
Bersiap-siap untuk meliput tim peneliti pertanian

Sore hari, mobil travel datang menjemput untuk kembali ke Pontianak
Rasa sedih cukup menghantui diri
Terasa berat untuk meninggalkan Sambas
Masih ingin mengekploitasi keindahan Sambas

Rintik hujan mulai dirasakan ketika meninggalkan Sambas
Selamat tinggal Sambas
Sampai jumpa lagi di kemudian hari
Terima kasih untuk semua masyarakat di Sambas
Terutama untuk sang ibu baik hati, Ibu Yuyun

Cla


 Tugu di Pertigaan Kota Sambas

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda