Selasa, 03 September 2013

Dingin di Tengah Panas

"Besok kamu ke Tambolaka ya?"
"Tambolaka? Di mana itu?"
Dengan cepat, jari tangan langsung mengetik nama Tambolaka di keyboard komputer
Tak lama, nama Tambolaka yang dicari muncul
Ternyata Tambolaka adalah nama pelabuhan udara di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur
Yang ada dipikiran "What! Naik pesawat kecilkah?"
Phobia akan penerbangan kembali meradang
Kembali mencari di 'mbah google' mengenai pesawat yang mendarat di Tambolaka
Sip! satu artikel mengenai pendaratan pesawat boeing di Tambolaka
Mulai sedikit tenang

Tepat pukul 05.30 WIB, pesawat boeing jurusan Jakarta-Denpasar tinggal landas
Dag-dig-dug, dag-dig-dug, jantung bertalu-talu
Alhamdulillah sampai tujuan, Bandara Ngurah Rai, dengan selamat
What! Ini belum Tambolaka, masih Denpasar

Di bandara mulai tidak tenang menunggu pesawat ke Tambolaka hadir
Pukul 11.30 WITA, pesawat tiba
Mulai heran karena menuju ke terminal pesawat kecil

Lemas kaki ini ketika melihat pesawat yang akan dikenakan menuju Tambolaka
Pesawat kecil, bukan boeing
Pengen kabur balik ke Jakarta

Tidak lupa membaca Basmallah
Komat-kamit doa untuk menenangkan hati serta keselamatan kian terlontar
Sejam perjalanan, serasa 5 jam

Tetapi ketika diperjalanan, ada seorang wanita muda yang merasa bahagia menaiki pesawat
"Mbak, kita bakal ke Tambolaka ya? Bakal ketemu dengan bapak ibu ya?"
"Iya, mbak," jawabku sambil tersenyum
"Asik!!!"
Sedikit membuat lupa akan phobia pesawat

Waktunya mendarat
Ya Allah, ini pilot berpengalaman apa tidak sih? \
Mendarat geradak-geruduk
Alhamdulillah selamat sampai di Tambolaka

 Penampakan Bandara dan Pesawat Tambolaka

Begitu turun, panas menyengat
Tetapi udaranya sejuk
Bukan Sumba Barat Daya yang dituju, melainkan Sumba Barat
Dua jam perjalanan dari Tambolaka

Sepanjang perjalanan, disuguhkan dengan perkebunan 'mete'
Ya. Pulau ini sangat terkenal akan hasil perkebunannya, mete
Jalan yang meliuk-liuk, sempat membuat rasa mual
Tapi berhubung ada rasa senang, jadi tidak peduli

Ckit! Tiba-tiba ada segerombolan babi hutan aka celeng lewat
Mobil segera rem mendadak
Kalian tahu, bahwa di daerah timur Indonesia ini berurusan dengan ternak warga sangatlah rumit
Jadi mending kita mendahulukan ternak menyebrang, dibandingkan menabrakannya

Sampailah kita di Sumba Barat
Waktunya istirahat

Brrr...siang-siang walaupun panas terik, tapi udaranya dingin
Tarik selimut ketika sedang bersantai
Lambat laun, mata mulai terpejam ke alam mimpi

Tok, tok, tok! "Clara bangun! Kita mau ketemu dengan Pak Bupati"
"Ok, pak!" teriakku

Hari mulai malam, tapi siap-siap berpakaian rapih untuk bertemu dengan Pak Bupati

Ya Allah, dingin banget di luar! Bener-bener seperti diceburkan ke air es
Bener-bener di Pulau Sumba ini dinginnya bukan main kalau malam hari
Angin dari laut lah yang membuat pulau ini dingin

Akhirnya Pak Bupati datang, langsung saja mewawancarai beliau mengenai potensi pertanian di daerahnya
Cukup kaya akan Sumberdaya Alam Pulau Sumba ini

Jam 22.00 WITA, waktunya kembali ke penginapan dan istirahat
Jaga fisik karena besok akan ada karnaval menyambut Wakil Menteri datang ke Sumba Barat

Pagi harinya, jalan-jalan ke pasar untuk membeli cabai rawit khas NTT
Konon katanya, cabai rawit yang besarnya hanya sekecil beras ini rasanya sangat amat pedas sekali
Akhinya menemukan cabai yang dimaksud
Cukup mahal. Satu kaleng susu kental manis (agak kecil dikit), harganya Rp 5 ribu

Selain cabai rawit mahapedas ini, ternyata tomat yang dijual di pasar sungguh menyegarkan
Warnanya merah ranum, besar, dan segar
"Slurpee" kalau kata alayers :D

Jangan bayangkan pasar di sini dengan yang ada di kota besar
Babi berkeliaran di mana-mana
Ubi berserakan di jalanan
Dan peminta-peminta di sini cukup memaksa kalau meminta (bikin emosi!)

Yang cukup menarik hati adalah penjual tembakau
Beli Rp 5 ribu, dapatnya se-'gambreng'
(Hihihi...beli tembakau buat si mamas. Sempet takut beli tembakau. Takut disangka bawa ganja sama petugas bandara)

Hiya! Segera ke tempat berkumpul masyarakat Sumba Barat (tepatnya alun-alun Sumba Barat)

Wow! Sudah ramai ternyata di sana
Anak-anak kecil sudah berdandan rapi dan cantik menggunakan pakaian adat khas sana
Kami pun diharuskan memakai kain tenun khas Sumba Barat (Alhamdulillah kita dikasih ^_^)

Wakil Menteri pun datang, walaupun terlambat karena cuaca buruk Tambolaka
Langsung disambut meriah oleh seluruh masyarakat Sumba

Karnaval dari seluruh kebudayaan pun disajikan
Dari mulai tari-tarian khas Sumba, Reog Ponorogo, Pencaksilat, sampai dengan Ogoh-ogoh pun tersajikan
Hanya kata 'Wow' yang dapat terucapkan

 Salahsatu peserta karnaval yang menampilkan tarian khas Sumba

Meriahnya acara, tidak hanya berhenti di malam hari
Malam hari pun ada acara adat yang menarik untuk disaksikan
Acara potong babi untuk memulainya suatu acara besar

Kutipan dari Pak Bupati "Pak Wakil Menteri, izinkan kami untuk melakukan kurban terhadap babi-babi ini karena menurut kepercayaan kami, acara tidak akan berjalan lancar apabila tidak ada darah yang tertumpah di tanah ini."

Upacara adat pun dilaksanakan
Babi-babi terbaik dikeluarkan sebagai korban
Sungguh takjub melihat babi hampir sebesar manusia

"Oleleleleleleelele..."
Upacara dimulai
Para prajurit-prajurit tangguh segera bertarung dengan babi-babi besar ini
Jlep! Satu babi tertusuk dan meregang nyawa
Tak tega melihatnya
Jlep! Dua babi pun tumbang
Akhirnya semua babi-babi yang dikeluarkan mati
Darah berceceran di tengah lapangan
Upacara pun selesai
Sorak-sorai penonton bergema 
"Olelelelelelelele..."

Rasa lelah, letih mulai dirasakan badan
Pengen cepat-cepat membersihkan badan dan istirahat

Yoha...sampai penginapan langsung membersihkan badan
Brrrr....dingin sekali air di kamar mandi :(

Waktunya ke alam mimpi...
But, malah cerita-cerita sama teman sekamar
Cerita misteri lagi (ampun, deh....)

Sudah menunjukan pukul 02.00, harus istirahat
Besok kembali ke Jakarta

Bismikallaahumma Amuutu wa Ahyaa
Dengan nama-Mu, Ya Allah, aku mati dan hidup

Selamat tinggal Sumba
Selamat berjumpa kembali 

Cla




2 Komentar:

Pada 26 September 2015 pukul 18.01 , Blogger pak yayak mengatakan...

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

 
Pada 26 September 2015 pukul 18.05 , Blogger pak yayak mengatakan...

Nulis ceritanya agak terburu buru

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda