Selasa, 30 Desember 2014

Ketika Musik Berbicara


Entah kenapa suka banget sama lagu ini. Selain liriknya bagus, suara penyanyinya PECAH!
Tau lagu ini karena nonton Film Omnibus 'RectoVerso' yang judulnya Hanya Isyarat. Ini filmnya oke punya ceritanya. Simpel tapi ngena banget. 
Btw, yang nyanyiin lagu ini datengnya dari band yang namanya "Drew'. Band yang terdiri dari 4 personel, dengan vokalisnya cewek yang namanya Sashalia Gandarum. Sumpah ini cewek suaranya keren banget. Serak-serak basah tapi tetep enak didenger. Sebenernya lagu ini dibawa oleh Dee Lestari, tapi di telinga suaranya si vokalis Drew ini lebih mantap. Pokoknya ini lagu keren tingkat dewa banget, deh!

Ku coba semua segala cara
Kau membelakangiku, ku nikmati bayangmu
Itulah saja cara yang bisa
Tuk ku menghayatimu untuk mencintaimu

Sesaat dunia jadi tiada
Hanya diriku yang mengamatimu
Dirimu yang jauh di sana

Ku takkan bisa lindungi hati
Jangan pernah kau tatapkan wajahmu
Bantulah aku semampumu

(rasakanlah) isyarat yang sanggup kau rasa
Tanpa perlu kau sentuh ooh
(rasakanlah) harapan impian yang hidup
Hanya untuk sekejap
(rasakanlah) langit hujan getar hangat nafasku

(rasakanlah) isyarat yang mampu kau tangkap
Tanpa berpijak
(rasakanlah) air udara bulan bintang angin malam
Ruang waktu ku isi

Itulah saja cara yang bisa


Lagu yang kedua ini datangnya dari solois cowok yang suaranya, beuh...saya gak bisa ngomong apa-apa saking kerennya. Namanya Bayu Risa. Emang dari segi dandanan, bukan tipe (pribadi), tapi denger suaranya dijamin pada gak nyangka kalo ini datangnya dari penyanyi dalam negeri. 
Kenapa lagu 'Sela' sangat direkomnadasiin banget buat didengerin? Lagu 'Sela' ini lagu galau, tapi gak mehek-mehek kayak lagu galau lainnya. Kata-katanya bagus dan musiknya itu, loh...kualitas tingkat dewa.

Maafkan aku kadang ku tak dengarkan kamu
Sikapku untukmu menyakitkan relung jiwamu
Tak pernah terbayang tak pernah terpikirkan yakin harapanku

Di sini ku berdiri tegak ku yakinkanmu bahwa ku bisa
Diriku meraih cukup kau yakin dan beriku waktu dan beriku sela

Ku dapat yang tak nyata untuk dirimu
Terbayang tangisku ku bawa senyum untukmu
Tak pernah ku terbayang, tak pernah terpikirkan
Yakin harapanku yakin harapanku yakin harapanku yakin

Di sini ku berdiri tegak ku yakinkanmu bahwa ku bisa
Diriku meraih cukup kau yakin dan beriku waktu dan beriku sela
Di sini ku berdiri tegak ku yakinkanmu bahwa ku bisa
Diriku meraih cukup kau yakin dan beriku waktu dan beriku sela



Sudah pada tahu kayaknya kalo nyodorin lagu ini :D
Ya ini lagu judulnya 'Teka Teki' yang dibawain oleh Raisa Andriana. Gak usah cerita lagi deh tentang Raisa and lagu-lagunya. Pada enak semua didenger lagu-lagunya.

Dirimu buatku selalu penasaran
Terkadang menjauh, terkadang buatku tersipu
Malu manisnya ucapanmu, membuatku tak menentu
Ku tak tahu harus bagaimana

Sungguh kau buatku bertanya-tanya
Dengan teka-teki teka-tekimu
Mungkinkah ku temukan jawaban
Teka-teki teka-tekimu

Sadarkah dirimu akan apa yang ku rasa
Haruskah diriku menyatakan yang sesungguhnya
Malu manisnya ucapanmu, membuatku tak menentu
Ku tak tahu harus bagaimana

Sungguh kau buatku bertanya-tanya
Dengan teka-teki teka-tekimu
Mungkinkah ku temukan jawaban
Teka-teki teka-tekimu

Sungguh kau buatku bertanya-tanya
Dengan teka-teki teka-tekimu
Mungkinkah ku temukan jawaban
Teka-teki teka-tekimu

Terkadang ku merasa hampir tak mampu
Menghadapi kamu dan semua tanda tanyamu

Sungguh kau buatku bertanya-tanya
Dengan teka-teki teka-teki teka-tekimu
Mungkinkah ku temukan jawaban
Teka-teki teka-tekimu

Sungguh kau buatku bertanya-tanya
Dengan teka-teki teka-tekimu
Mungkinkah ku temukan jawaban
Teka-teki teka-tekimu

Engkau buatku bertanya-tanya
Dengan teka-teki teka-tekimu
Mungkinkah ku temukan jawaban
Teka-teki teka-tekimu 


Belum ada video klip-nya, so what-lah sama video klip-nya, denger lagunya. Musik, lirik, suaranya puooool abis. Ringan tapi perlu mikir juga untuk tahu makna lagunya. Judul lagunya ini cukup unik, 168. Ya itu judul lagunya. Dinyanyiin sama Monita Tahalea, si Queen of Jazz. Suaranya yang terdengar 'malas-malas'-an, inilah yang bikin lagu 168 jadi unik.

Sebuah nostalgia yang tak kan terlupa
Tentang gadis bingung dan pelupa
Berbagi cerita di penghujung senja
Menunggu datangnya hujan
Tiada kunjung datang hujan yang dinantikan
Namun hari-hari semakin berarti
Berteman butir waktu berpayung langit mendung
Akhirnya yang tiba cinta
Ternyata bukan tentang menanti dan menunggu
Tetapi memang telah waktunya tuk bertemu
Walau tak selalu berakhir bersama
Mungkin nanti kan bertemu kembali
Cinta bukan tentang menanti dan menunggu
Tetapi memang telah waktunya tuk bertemu
Walau tak selalu berakhir bersama
Mungkin nanti
Sampai nanti
Bertemu kembali


Hohoho...my favorite band, MOCCA!
Udah band paporit yang nyanyiin, judulnya pun bikin terharu, 'Bandung', my lovely city. Kota yang penuh dengan cerita indah di dalamnya. 15 tahun sempat tinggal di Bandung yang penuh dengan kenangan. Saking cintanya sama Bandung, KTP sampe saat ini masih KTP Kota Bandung (hehehe...nanti aja gantinya kalau dah nikah). Pokoknya Mocca and Bandung, the best-lah.


There’s a little city
covered with hills and pleasant weather
come on baby I’ll show you around

In my little town
every corner tells you different stories
there’s so many treasures to be found

welcome to flower city
my lovely city

Roses blooming pretty
people say that home is where the heart is
It’s a place with so much history

Friendly Bandung city
Holds the past of ancient glories
and a thrilling future mystery

welcome to flower city
my lovely city
my friendly city
my beloved city

Even though it gets so overcrowded
when I’m sitting in my car that stuck for hours
But I love it anyway

welcome to flower city
my lovely city
my friendly city
my beloved city



Sebagian orang pasti tau lagu ini. Lagu ngeri-ngeri sedap, tapi bikin pengen nyanyi mulu kalo dengerin. Judul lagu ini 'Story of Peter', dinyanyiin sama Risa Sarasvati. Yang pernah baca buku Risa (Danur, Maddah, and Sunyaruri) pasti tau Peter yang di lagunua ini siapa. Ya pokoknya si Peter ini temennya Risa. 

Sad eyed boy in his silly pants 
Sometimes his there sometimes he hides 
Pale fair skin and his tiny hands 
Waving from distance in black and white

Nobody sees him when his around 
But his beside me whenever im down 
Run about and play around my silky dress
Now I could never forget his face

I don't know who you are  
And I don't know where your from 
Give me your handsLets find a light 
Leave all this behind 
And forget the world

So the silly peter disappear
Now his nowhere to be seen
His not those shades that I fear
And many things remind me of him


Pernah nonton film Demi Ucok? Ya pernah pasti tau banget lagu ini pas di akhir film. Judulnya Get Up and Go yang dinyanyiin sama band Homogenic. Cerita sedikit tentang Homogenic, ini band sebenernya dah lama. Dulu vokalis utamanya si Risa Sarasvati. Dia ke luar dan diganti. Memang ada perubahan dalam musiknya. Dulu kayaknya musiknya kelam, sekarang jadi lebih ceria. Walaupun berubah, tetep aja patut diacungin jempol.

Let's get together we know what we do
We ruling the world nobody can pass through
Again and again we start to make our dreams come true
Nobody else can control what we do

There's no fear around me
Life is a crazy ride nothing's guaranteed
Good things will set me free
How many times did you move on but not leave?

Will you be my friend tonight
Discovering the walk into the light
Teach me how to get what i want in life
We are young in this world don't worry now, please you don't
What are we waiting for, get up and go!


Nothing is this world could fall tonight
Forgetting all the fear give me the might
Convince me everything will be alright
We are young in this world don't worry now, please you don't
What are we waiting for, get up and go!

Jumat, 19 Desember 2014

Ainun/Habibie Mardawi Suratpaja

"Gimana kandungan kamu?"
"Alhamdulillah sehat, Mah. Lincah banget si dede. Kalo malem suka nendang-nendang perut Agni."
"Mama sudah gak sabar pengen gendong cucu, Ni..."
"Ih, Mama...dua bulan lagi. Mah, Agni kangen. Agni pengen makan sambal rujak buatan Mama."
"Ya kamu mainlah ke sini. Sudah hampir 3 bulan kamu gak nengok Mama."
Agni hanya terdiam. Entah mengapa tiba-tiba terlintas wajah Mas Ari, suaminya.
*****
Saya terima nikahnya Agni Mardawi binti Anggara Mardawi dengan seperangkat alat shalat dan emas 24 karat seberat 12 gram dibayar tunai
Ucapan Ijab Kabul 10 bulan yang dilontarkan Ari Suratpaja terus terngiang-ngiang di pikiran Agni. Kalimat itulah yang membuat Agni bertahan hingga saat ini. Pernikahan yang sempurna yang ada dibenak Agni, pupus sudah ketika baru menjalin rumah tangga seminggu.
"Mas, kamu mau makan?"
"Ya."
"Aku sudah siapkan sayur bening dan tahu-tempe di meja makan. Mau diambilkan?"
Tanpa berkata apa-apa, Ari berlalu ke meja makan dan segera melahap apa yang dimasak Agni.
"Kamu lapar berat ya?" tanya Agni sambil melihat suaminya makan secara lahap.
Ari hanya diam.
*****
Agni terpekik begitu melihat hasil test pack yang dibeli semalam menunjukan dua garis merah.
"MAS ARI!" jerit Agni sambil berlari ke ruang kerja suaminya di lantai dua.
"Gak usah teriak-teriak! Aku sedang banyak kerjaan!" kata Ari begitu Agni membuka pintu ruang kerjanya.
"Maaf, Mas. Aku cuma..."
"Apa?"
"Aku positif hamil, Mas," kata Agni sambil memeluk suaminya dari belakang.
Ari hanya menoleh sesaat ke Agni, lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya. Tanpa kecupan dan ucapan.
Agni segera melonggarkan pelukannya.
"Kamu gak suka ya aku hamil?"
Ari asyik berkutik dengan pekerjaannya. Tanpa menghiraukan pertanyaan Agni.
"MAS!" jerit Agni "Kamu kenapa sih sama aku? Aku ada salah ya?" tanya Agni sambil menahan tangis.
Ari menoleh, "Aku sibuk. Klien yang ini cerewetnya bukan main. Besok design rumahnya harus segera jadi."
"Aku hamil, mas...masa kamu biasa aja tanggapannya. Ini calon anak kita, mas..." kata Agni sambil terisak.
Tanpa berkata apa-apa. Ari hanya memberikan pelukan dan ciuman di kening Agni.
Cukup dengan hal ini, Agni tersenyum. Walaupun bukan itu yang diinginkan.
*****
"Kamu kapan baliknya, Mas?"
"Aku lembur."
"Nanti malam kan kita mau ke dokter kandungan. Kamu sudah janji."
"Kamu sendiri aja. Banyak kerjaan di kantor."
"Ya sudah. Nanti kalau aku belum pulang, makanan sudah kusiapkan di meja. Bye," kata Agni menyudahi pembicaraannya di telphone.
Sudah sekian kali Agni mengalah. Ketidakantusiasan Ari terhadap rumah tangganya, membuat hati Agni bagaikan gelas pecah yang ketika isi air selalu pecah.
Agni dan Ari menikah akibat perjodohan orang tuanya. Tapi entah mengapa, sampai saat ini Ari tidak pernah menunjukan rasa cintanya pada Agni. Padahal Agni begitu mencintainya walaupun awalnya karena perjodohan.
*****
Usia kandungan Agni telah memasuki bulan kesembilan. Bulan yang menentukan apakah Agni layak menjadi seorang ibu atau tidak. Bulan yang penuh dengan kekhawatiran.
"Mas, kamu nanti malam mau makan apa?" tanya Agni sambil membetulkan letak dasi suaminya.
"Terserah."
"Mas, perut aku kok rasanya gak enak ya?"
"Kamu semalem kan makan rujak pedes."
Agni terbayang rujak mentimun pedas semalam yang dia konsumsi memang pedasnya luar biasa.
"Hehehe...mungkin karena itu ya?"
"Aku telat. Kamu hati-hati," kata Ari sambil mencium kening Agni.
Agni terpaku. Perilaku dan perkataan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Jangankan mencium keningnya, berkata 'hati-hati' sebelum Ari berangkat kerja tidak pernah terlontar sama sekali. Biasanya hanya mengucapkan 'aku pergi' tanpa embel-embel apa pun.
Agni bahagia sekali.
*****
"Duh, ini kok perut makin gak enak ya?" batin Agni mulai risau "Apa mau melahirkan?"
Agni segera memegang gagang telephone.
Nomor yang anda hubungi, di luar area jangkauan.
Sekali lagi Agni mencoba menghubungi suaminya.
"Ya. Aku sedang rapat."
"Mas, perut aku makin gak enak. Kayaknya mau lahir, mas."
"Ketubannya sudah pecah? Kalau belum, itu gara-gara semalem. Sudah, aku lagi rapat."
Perut Agni makin sakit luar biasa. Segera dia tekan no handphone dokter kandungannya.
*****
"Maaf menganggu. Pak Ari, ada telephone penting."
"Dari siapa?"
"Kurang tahu, pak."
"Bilang saya sedang sibuk."
"Kayaknya dari rumah sakit, pak."
"Saya kan sudah bilang. Saya sedang sibuk," dingin Ari kepada sekretarisnya.
"Bababaik, pak." kata sekretarisnya sambil menutup pintu ruangan rapat yang sedang berlangsung.
Toktoktoktok!!!
"Siapa lagi, sih? Bikin kacau rapat aja!" dumel Ari "Ya!"
"Maaf, pak. Anu pak, istri bapak masuk rumah sakit."
Ari segera menyudahi rapatnya. "To, bilang ke Pak Sanusi segera nyalakan mobil. Antarkan saya segera ke rumah sakit. Bilang itu ke Pak Sanusi!" perintah Ari kepada sekretarisnya.
*****
"Wuah...macet, pak," kata supirnya.
"Cari jalan tikus!"
"Baik, pak."
Ari cemas. Dia benar-benar mengkhawatirkan keadaan istrinya.
Perilaku yang dia perbuat ke istrinya selama ini bukan karena dia membecinya, melainkan dia bingung harus berbuat apa. Dia begitu jatuh cinta dengan istrinya. Mengagumi sosoknya yang sabar dan penuh pengertian. Dia cinta mati dengan Agni sejak Ijab Kabul bergema di hari pernikahannya.
*****
"Sus, antarkan saya ke pasien bernama Agni Mardawi," pinta Ari pada suster yang sedang ada di meja resepsionis.
"Maaf, pak. Siapa tadi namanya?"
"Agni Mardawi."
"Sebentar saya cek dulu di komputer."
Sambil suster mencari nama Agni Mardawi, Ari mengetuk-ngetuk jarinya di meja resepsionis. Tanda dia gelisah.
"Pak, nama Agni Mardawi ada di Ruang Bersalin IbuAnak. Bapak dari sini ke kiri, lurus terus, lalu belok ke kanan. Di sana tepat ruang bersalin, pak."
"Baik. Terima kasih."
Setengah berlari, Ari mulai mencari ruang bersalin. Tepat ketika berbelok ke kanan, seorang pasien yang telah meninggal dunia lewat di depannya. Dia terpaku. Membayangkan pasien tersebut adalah Agni. Langkah Ari semakin cepat.
"Sus, Agni Mardawi," cemas Ari ketika sampai di resepsionis ruang bersalin.
"Maaf, pak. Ada yang bisa saya bantu?"
"Agni, sus. Pasien yang namanya Agni Mardawi."
"Sebentar ya, pak. Saya cari dulu."
"Dari tadi saya diminta tunggu. Ini gak bisa lebih cepat apa?" kata Ari mulai emosi.
"Sabar ya, pak. Hari ini banyak sekali pasien yang baru masuk. Maaf pak, setelah saya telusuri tidak ada yang namanya Agni Mardawi."
"Loh?! Kata resepsionis di depan nama istri saya ada di rungan ini?"
"Oya? Coba saya telusuri sekali lagi."
Suster yang mencari mulai panik. Tidak ada nama yang diminta Ari.
"Halo, Jan. Ini namanya Agni Mardawi kata situ ada di rungan bersalin, tetapi gak ada tuh yang namanya itu ya?"
"Sebentar, jeung. Eike cari lagi."
"Buruan, ini suaminya..."
"Ada kok namanya Agni Mardawi."
"Masa, sih? Di ruangan apa? Coba kamu cek lagi. Di sini datanya gak ada."
"Di ruangan B53."
"Oh...thank u ya, jeung... Eh, nanti aku nebeng mobilmu ya..."
"SUSTER! ISTRI SAYA DIMANA?" teriak Ari
"Mamamamaf, pak. Ini istri bapak ada di..."
"Ari?!"
Ari menoleh, "Mama!"
"Ngapain kamu di sini? Udah gak sabar ya nimang anak? Agni bukan di ruangan ini. Ada di Ruang Teratai, sayang..."
"Hah? Loh? Dia melahirkan, mah?"
Sambil menghela napas panjang, ibunya berkata "Cepet kamu ke sana. Agni nungguin."
*****
Ari membuka ruangan tempat Agni diopname.
"Mas? Mas Ari ya?" tanya Agni lemah dari tempat tidurnya.
"Iya, sayang. Gimana keadaan kamu?" tanya Ari menghampiri tempat tidur Agni.
"Bodoh ya aku? Aku kira mau melahirkan, jadi ku telphone dokter. Eh, gak taunya perutku kena maagh akut gara-gara makan rujak semalem."
"Kamu..." kata Ari sambil menjentikan jarinya ke muka Agni.
"Bukannya kamu lagi rapat ya?"
Ari hanya tersenyum. Lalu tiba-tiba dia mencium kepala Agni "Buat kamu, apa sih yang gak."
"Mas..." air mata Agni mulai meleleh.
"Maafin aku ya, sayang... Sikap aku selama ini bikin kamu menderita," katanya sambil mencium punggung tangan Agni.
Agni hanya bisa menangis.
"Aku cuman bingung aja cara ngungkapin rasa cinta ke kamu."
"Mas, dengan ada calon anak kita di perut aku, ini tanda cinta kamu ke aku. Maafin aku selalu nuntut kamu macem-macem, mas." isak Agni.
"Di ruangan bersalin ada yang namanya sama kayak kamu." kata Ari tiba-tiba
"Iya, mas. Mama juga tadi hampir salah pas mau jenguk aku. Namaku pasaran banget ya?"
"Hehehe...ya begitulah," kekeh Ari "Nama anak kita nanti siapa ya?"
"Mmmm...belum tahu. Yang jelas harus ada nama kita berdua....Mardawi Suratpaja."
"Cewek apa cowok?"
"Belum tahu, mas. Aku gak pernah USG. Biar kejutan aja," kata Agni sambil tersenyum.
"Ainun atau Habibie saja namanya. Bagus, loh..." celetuk Mama yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.
"Mama...bikin kaget. Mama emang fans sejati Habibie dan Ainun. Makanya terobsesi nama cucunya sama." jelas Agni.
"Bagus, kok. Ainun Mardawi Suratpaja, matanya Mardawi dan Suratpaja. Habibie Mardawi Suratpaja, kesayangan Mardawi dan Suratpaja," kata Ari sambil membelai rambut Agni.
Tiba-tiba saja Agni menjerit, "Mas, kayaknya ini beneran mau lahiran. Ketubanku berasa pecah."
Ari segera membuka selimut yang menutupi setengah badan Agni. Ya benar, ketuban Agni pecah. Ainun atau Habibie Mardawi Suratpaja segera menyapa dunia.
*****

Cla